Legenda Dewa Harem

Chapter 41: Apakah Dia Masih Manusia?

Hari berikutnya Randika dan Inggrid berangkat bersama ke kantor.

Hari ini, Randika berencana untuk membangun kembali ruangannya. Setelah sebelumnya dihancurkan oleh geng kapak, Randika baru hari ini memiliki kesempatan untuk membangun kembali. Namun kali ini dia ingin membangunnya di lantai lain.

Meskipun ada kemungkinan musuh sudah mengetahui rencana Randika membuat ramuan X di perusahaan ini, perusahaan Cendrawasih ini masih merupakan tempat terbaik untuk membangun laboratoriumnya. Dan kali ini dia berniat membuatnya di tempat yang tidak terlalu menyolok.

Baginya tempat untuk pengembangan ramuan X ini sangat penting. Meskipun kakeknya telah membantunya dalam menahan kekuatan misteriusnya, itu hanya bertahan 1 bulan. Jika tidak ada tempat baginya untuk memproduksi ramuan X, maka setelah 1 bulan nama Ares hanyalah mitos saja. Kekuatan miliknya akan sangat berkurang dan dirinya menjadi mangsa empuk.

Inggrid sendiri sudah lebih tenang daripada kemarin, Randika merasa lega melihatnya. Setelah berpamitan, Randika ingin mengecek pekerjaan parfumnya terlebih dahulu.

"Pagi semua." Randika menyapa semua bawahannya dan melihat Viona di pojokan dan menghampirinya.

Viona yang sedang fokus akhirnya menoleh dan melihat sosok Randika. Dia langsung terpikir kejadian kemarin dan tersipu malu. Dia menundukan kepalanya dan menjawab salam dari Randika dengan suara pelan lalu pergi dari situ.

Melihat Viona yang cuek, Randika mengerutkan dahinya. Ada apa dengannya?

Mengesampingkan hal itu, Randika mulai mengarahkan timnya terlebih dahulu.

Setelah menjawab beberapa pertanyaan Kelvin dan bawahannya yang lain, Randika meninggalkan ruangan tersebut. Dia lalu memutuskan untuk mengamati seluruh gedung.

Lantai 9 ini sudah tidak cocok untuknya, dia harus mencari ruangan lain. Dia mulai mengecek dari lantai 2.

Setiap lantai di gedung ini memiliki kegunaannya tersendiri. Contohnya lantai 5, karena tempat ini dikhususkan untuk tempat penelitian parfum, ruangan mereka lebih sedikit dan lebih banyak orang berada di lantai ini. Ruangan kosongnya pun tidak sebanyak lantai 9.

Ketika berjalan-jalan di lantai 5 ini, dia menemukan sebuah ruangan kosong yang cocok untuknya.

Ruangan ini sebelumnya digunakan untuk tempat penyimpanan tetapi karena departemen pembuatan parfum pindah ke lantai 9, tempat ini tidak terpakai lagi.

Randika lalu mengamati ruangan ini dengan seksama.

Mantap!

Karena lantai 5 ini juga banyak para penelitinya, membuat laboratorium di lantai ini seharusnya tidak terlalu menyolok!

Setelah memutuskannya, dia segera memanggil beberapa orang untuk membersihkan ruangan ini. Untuk ijin menggunakannya, Inggrid pasti setuju toh pikirnya ruangan ini juga tidak terpakai.

Butuh 2 jam untuk membersihkan dan memindahkan peralatan yang dibutuhkan ke ruangan baru ini.

Setelah itu, Randika memulai kembali penelitian dan pengembangan ramuan X miliknya.

Selama proses ini, Viona bekerja keras dalam membantu Randika. Dia melakukan apa pun yang ditugaskan tetapi, dari awal hingga akhir, dia tidak berbicara satu kalipun.

"Viona, ambil dan bersihkan alat itu."

"Vi, tolong ambil catatan di lantai atas."

"Vi, tolong campurkan cairan itu."

"Vi...."

Randika merasa sikap dinginnya Viona ini mungkin karena kejadian semalam oleh karena itu, dia memanggil Viona terus menerus untuk mencari kesempatan berbaikan. Tapi dari awal hingga akhir, Viona sama sekali tidak berbicara, dia hanya menganggukan kepalanya.

...…..

Setelah bekerja dua jam penuh, Randika mulai lelah. Melihat tidak ada kemajuan pada Viona, dia memiliki rencana. "Vi, bisa minta tolong? Tolong belikan minuman untukku, tapi jangan beli di kantin ini ya. Minumannya tidak ada yang segar, beli saja di luar dan carikan aku es degan."

Permintaan Randika cukup aneh tetapi Viona tidak menolak dan berjalan keluar dari ruangan.

Masih saja dingin? Randika menggelengkan kepalanya. Semalam mereka baru saja berciuman mesra, kenapa hari ini sikapnya berubah drastis begini?

Lalu dia berpikir dalam hatinya bahwa lebih baik hari ini dia bermesraan dengan Inggrid saja.

Randika lalu kembali bekerja sambil menunggu Viona kembali.

Beberapa menit kemudian ketika Randika sibuk menjelaskan, terdengar suara teriakan dari luar gedung.

"Tolong, tolong aku! Randika tolong!"

Viona? Viona!

Dengan pendengaran supernya itu, dia mengetahui bahwa yang berteriak adalah Viona

Randika lalu bergegas menuju jendela dan fokus kembali ke telinganya. Suaranya itu tiba-tiba sudah hilang. Apakah dia berhalusinasi karena kecapekan?

Tetapi seorang Ares berhalusinasi? Dia bukan jomblo yang berimajinasi punya pacar, dia salah satu dari 12 Dewa Olimpus. Dari segala aspek, pendengarannya sudah mencapai ranah tertinggi.

Kali ini suara Viona kembali terdengar, "Tolong, tolong aku! Randika tolong!"

Viona!

Dia sekarang yakin bahwa itu adalah suara Viona!

Setelah itu dia membuka matanya dan melihat ke bawah. Dia melihat Viona sedang disekap oleh beberapa orang memakai topeng dan berusaha memasukkannya ke dalam mobil.

Penculikan!

Mata Randika langsung mengerut ketika melihat Cincin Kerberos di tangan mereka. Bukankah itu Jeratan Neraka?

Api amarah Randika mulai terbakar. Karena mereka tidak bisa melukai dirinya apakah mereka beralih ke orang-orang terdekat Randika yang tidak berdosa itu? Hal ini membuat Randika benar-benar marah.

Jika Ares marah, kematian selalu mengikuti setiap langkahnya!

Saat ini, Viona sudah dibawa ke dalam mobil dan mereka hendak pergi.

"Viona!"

Dengan teriakan kerasnya itu, semua orang memandangi Randika yang berdiri di atas jendela.

Randika sekarang berada di lantai 5, jika dia melompat sembarangan dia akan terluka. Dia lalu menyadari bahwa di bawah ada sebuah tong sampah besar yang tertutup.

Salah satu dari penculik menyadari sosok Randika yang ada di lantai 5 itu. Dia mengejeknya dengan memberinya jari tengah dan masuk ke dalam mobil.

Tanpa ragu-ragu, Randika melompat turun!

"Pak!"

Semua orang di ruangan terkejut melihatnya. Ada apa? Apakah pemimpin mereka itu sudah gila?

Randika jatuh dengan kecepatan tinggi. Sebelumnya dia sudah mensirkulasikan tenaga dalamnya ke seluruh tubuhnya dan menyesuaikan sudut tubuhnya di tengah udara.

Para pejalan kaki yang mendengar teriakan Randika sebelumnya telah menyadari bahwa ada seseorang yang melompat dari lantai atas. Segera terjadi kehebohan.

"Ada yang bunuh diri!"

Seorang penjual rujak menunjuk ke arah Randika dan semua pelanggannya segera melihatnya. Reaksi orang-orang pun berbeda-beda.

"Cepat panggil ambulan atau polisi!"

"Cepat sekali jatuhnya!"

"HPku mana! Pasti bakal viral ini!"

Tetapi mereka semua satu suara yaitu hidup orang yang meloncat itu sudah pasti tamat bahkan menelepon superhero pun rasanya terlambat. Wajar jika mereka berpikiran seperti itu, kecepatan jatuh Randika benar-benar cepat

Namun, di tengah udara Randika sudah memperkirakan arah jatuhnya dan mempersiapkan tenaga dalamnya. Ketika jaraknya dengan tanah sudah berada 50 meter, dia mengumpulkan tenaga dalamnya di kakinya dan dia jatuh dengan kakinya menghadap ke bawah. Gaya jatuhnya bagai superhero yang turun ke bumi.

DUAR!

Suara yang dihasilkan sangat keras. Tong sampah itu tidak kuat menahan Randika yang jatuh dengan kecepatan tinggi itu. Tong sampah itu sudah remuk dan tak berbentuk.

Melihat orang tersebut sudah jatuh, para pejalan kaki itu mengepalkan hati mereka dan menghampiri untuk melihat mayat yang mati mengenaskan itu.

Namun, para pejalan kaki ini tidak menyangka bahwa mereka akan dikecewakan. Bukannya melihat mayat dengan organ yang berceceran, mereka melihat Randika yang bangkit dari dalam tong sampah itu.

"Buset orang itu masih hidup!" Orang yang merekam kejadian ini bahkan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Benar! Orang itu masih hidup!

Randika tidak peduli dengan tatapan mata orang-orang dan fokus mencari mobil penculik. Setelah memastikan jalur mobil tersebut, dia mulai berlari dan menghilang dari kerumunan orang.

Dari atas, para bawahan Randika akhirnya menghembuskan napas lega dan masih tidak percaya bahwa Randika benar-benar selamat dari insiden lompatnya itu. Hati mereka masih berdegup kencang ketika memikirkannya.

Lompat dari lantai setinggi ini dan langsung berlari entah ke mana seakan-akan tidak terjadi apa-apa

....

Apakah atasan mereka itu manusia? Dalam hati mereka semua berpikir seperti itu.

Sebenarnya mereka tidak ingin membahasnya tetapi pertanyaan ini terlintas di pikiran mereka semua.

Memangnya ada orang normal yang bisa lompat dari lantai 5 dan tidak mati? Paling cuma HP Nokia saja yang masih bisa bertahan.

Randika, yang menjadi bahan perbincangan orang-orang, masih mengekori mobil yang menculik Viona tersebut!

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like