Legenda Dewa Harem

Chapter 92: Suara Tawa yang Menyebalkan

Tak butuh waktu lama untuk para polisi mengamankan dan menertibkan lokasi. Para penjahat sudah berhasil diamankan dan sedang menuju kantor polisi.

Randika berjalan dengan santai menuju ke mobilnya. Dia merasa hari ini adalah hari yang cerah dan 'olahraga' tadi benar-benar telah membuat tubuhnya menjadi bersemangat.

Meskipun Inggrid terlihat bingung, dia tidak bertanya apa-apa pada Randika ketika dia masuk kembali ke mobil.

Tak lama kemudian, mobil mereka telah tiba di perusahaan Cendrawasih. Keduanya segera masuk dan pergi ke ruangan mereka masing-masing. Hari ini, Randika akan meninjau hasil parfum buatan Kelvin dan timnya.

Ketika Randika baru masuk di ruangannya Kelvin, terdengar suara teriakan histeris dari tengah ruangan.

"Imut sekali boneka ini!"

"Hahaha sejak kapan teknologi sudah secanggih ini?"

Ketika Randika berusaha melihat apa yang sedang terjadi, dia terkejut bukan main ketika dia melihat bahwa sumber keributan itu adalah boneka ginseng yang dia cari! Dia benar-benar tidak menyangka bahwa boneka itu akan ada di sini untuk menari!

Iya dia tidak salah lihat, boneka ini benar-benar menggoyangkan pantatnya!

Salah satu bawahannya memutar lagu dan boneka ginseng itu menggoyangkan pantatnya di atas meja. Para ahli parfum ikut menari bersamanya. Mereka mengikuti irama lagu Lady Gaga Bad Romance.

"I want your love and I want your revenge. You and me could write bad romance."

"Oh-oh-oh-oh."

Mereka benar-benar menghayati lagu ini.

Seluruh ruangan benar-benar meriah. Para ahli parfum ini menikmati waktu senggang ini dengan menari sekuat tenaga dan seliar mungkin bersama dengan boneka ginseng.

Boneka ginseng ini justru lebih gila lagi, dia menampilkan beberapa gaya freestyle dan pintar mengatur para kerumunan orang gila ini.

Suasana semakin menggila ketika lagu mencapai Reff. Boneka itu menggoyangkan pantatnya dengan liar dan ditutup dengan headspin.

Randika makin ragu dengan boneka tersebut, yakin dia bukan manusia?

Boneka ginseng ini terlihat seperti orang mabuk. Dia terus-terusan terlihat tertawa. Setelah headspinnya itu, dia seakan-akan berlari mengelilingi meja dan sambil meminta tos. Semua orang langsung menjulurkan tangannya dan tos dengan boneka yang mereka anggap imut itu.

Ketika Kelvin melihat Randika, dia langsung menghampirinya sambil tertawa. "Sesekali berpesta bukanlah hal yang buruk bukan? Berkat boneka itu suasana ruangan menjadi meriah sejak pagi tadi. Orang-orang menyukainya."

Pada saat ini, boneka ginseng itu menoleh ke arah Randika dan mengarahkan pantatnya pada Randika. Dia lalu menggoyang-goyangkannya sambil menepuk pantatnya. Benar-benar suatu provokasi yang memicu kemarahan.

Ketika Ares diremehkan seperti itu, darahnya benar-benar menjadi mendidih. Hari ini dia akan merebusnya hidup-hidup!

Randika berjalan perlahan ke boneka ginseng tersebut. Para ahli parfum yang melihat Randika langsung terdiam.

Boneka ginseng itu juga berhenti dan menatap Randika. Tatapan matanya terlihat tertawa dan tangan kecilnya itu dia julurkan, dia ingin bersalaman dengan Randika.

Boneka ini mengajaknya damai?

Randika berusaha meraih tangan boneka ginseng tersebut. Tetapi, karena aura membunuhnya Randika tidak bisa dia tahan, boneka ginseng itu malah meloncat. Dia meloncat ke lantai dan berlarian ke sana kemari.

Randika langsung menerjang dan boneka ginseng itu meloncat-loncat di kepalanya.

Ketika Randika berusaha menangkapnya, boneka itu sudah meluncur turun dari punggungnya dan menghilang.

Melihat boneka ginseng itu menghilang, Randika makin marah. Kenapa boneka ginseng ini begitu lincah?

"Lihat apa kalian? Cepat kerja!" Teriak Randika setelah ditatap oleh begitu banyak orang.

Beberapa jam kemudian merupakan waktu yang menyebalkan bagi Randika, pikirannya penuh dengan si boneka ginseng itu.

Di tengah kemarahannya, tiba-tiba Randika ditelepon oleh Indra.

Ketika bertemu dengan Indra terakhir kali, Randika memberinya handphone agar adik seperguruannya itu bisa menghubunginya dengan lebih mudah.

"Kakak seperguruan." Suara Indra terdengar bersemangat.

"Kenapa?" Setelah tadi berurusan boneka ginseng, suasana hati Randika masih belum membaik. Ini pertama kalinya dia tidak bisa meraih apa yang ada di depan matanya. Perasaan semacam ini belum pernah dialaminya.

"Kak, coba tebak apa yang barusan aku temukan?" Kata Indra.

"Jika kau ingin bercerita, cepatlah. Aku banyak urusan hari ini." Mengingat sifat Indra yang seperti anak kecil, mungkin itu cuma seekor anjing ataupun kucing.

"Hahaha jangan murung begitu dong kak. Aku menemukan bayi yang super lucu. Terlebih, dia mirip sebuah lobak!" Kata Indra.

Lobak? Boneka ginseng!

Randika terkejut bukan main, boneka itu mendatangi Indra?

Jika dipikirkan baik-baik, boneka itu mendapatkan kesadarannya dari esensi bumi dan langit jadi mungkin dia tertarik dengan tenaga dalam Indra yang besar itu?

"Indra, apakah lobak itu mirip sebuah boneka?" Tanya Randika dengan buru-buru.

"Hmm… Wah benar juga, kakak seperguruan memang hebat!" Indra tersenyum. "Cepatlah ke sini kak, dia sangat lucu."

"Baiklah, tolong pastikan jangan sampai kau kehilangan boneka itu. Aku segera ke sana."

"Jangan khawatir kak, aku dan boneka ini tidak akan ke mana-mana. Kami sangat akrab."

Setelah menutup telepon, Randika bergegas ke tempat Indra. Akhir-akhir ini, pikirannya benar-benar dipenuhi oleh boneka ginseng tersebut. Karena perkataan kakek ketiga, dia harus mendapatkan boneka itu untuk menyembuhkan tubuhnya.

Tidak lama kemudian, Randika tiba di rumah Indra. Ketika dia masuk ke dalam rumah, suara tawa boneka tersebut langsung menggema di telinga Randika.

Randika tidak akan pernah melupakan suara tawa yang menyebalkan itu.

Randika masuk ke kamar tidur Indra dan melihat boneka itu duduk bersama Indra, saling tersenyum pada satu sama lain.

"Kak, kemarilah dan lihatlah dia!" Indra yang menyadari kehadiran Randika menjadi bersemangat.

Boneka ginseng itu menatap Randika lebar-lebar dan menirukan suara bayi sambil mengemut jempolnya. Ia kemudian memanjat ke pundak Indra dan mencubit pipinya.

"Hahaha imut sekali kan dia kak?" Indra sangat menyayangi boneka itu. Boneka ginseng itu memanjat ke kepala Indra dan menggunakannya sebagai kasur.

Mengerti bahwa boneka itu ada di kepalanya, Indra menjaga agar kepalanya tetap stabil. "Kak, apakah menurutmu aku bisa memilikinya?"

Melihat bahwa boneka ginseng tampak tertidur, Randika mulai bergerak. Dia dengan sigap menangkapnya dengan tangan kanannya tetapi boneka itu dengan mudah menghindarinya. Di saat Randika menjulurkan tangannya, boneka itu sudah melompat ke kasur.

"Kak! Apa yang kau lakukan?" Indra mendadak menjadi cemas.

"Sstt diamlah, biarkan aku berkonsentrasi." Randika mulai serius, jika dia tidak bisa menangkapnya hari ini maka lama-lama dia bisa menggila.

Melihat Randika yang begitu, boneka ginseng itu bersembunyi di belakang Indra dan menirukan suara minta tolong. Indra menatapnya dan melihat bahwa boneka itu menutup matanya dengan kedua tangannya, memperlihatkan bahwa ia terlihat ketakutan.

"Kak, kau menakutinya!" Teriak Indra.

Boneka itu bahkan menggunakan taktik licik seperti itu, benar-benar luar biasa!

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like