Legenda Dewa Harem

Chapter 72: Hotel Mawar (1)

Hotel Mawar adalah salah satu hotel bintang 5 yang terkenal sebagai hotel tempat mereka bermain dengan simpanan bagi orang kaya. Fasilitas dan kerahasiaan identitas yang diberikan hotel ini membuat para orang kaya tidak perlu khawatir akan terjadinya penggerebekan.

Kamar 779

Seorang pria paruh baya menatap dingin ke arah toilet yang terkunci rapat itu. Suasana hatinya sedang tidak bagus. Perempuan itu benar-benar terlalu lama di toilet, seharusnya dia tidak membiarkannya menggunakan toilet.

Namun pada saat ini, terdengar suara air mengalir dan wajah pria itu kembali hidup.

Ketika pintu itu terbuka, sesosok wanita cantik keluar dan terlihat ketakutan. Monika berharap Hannah segera menyelamatkannya.

Melihat pria itu sudah setengah telanjang, Monika semakin takut.

"Mon, apakah kau sakit perut?" Pria itu segera menghampiri Monika, senyumannya terlihat nakal.

"Tidak, tidak." Monika menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Di bar sebelumnya, pria ini memberinya minum alkohol sebanyak 2 botol. Ketika dia sudah mulai sadar, ternyata dia sudah berada di hotel ini bersama pria ini.

Menyadari situasinya, dia pura-pura mual dan lari ke dalam toilet di mana dia menelepon Hannah dengan panik. Untungnya, ketika dia digotong ke hotel ini, dia melihat nomor kamarnya. Kalau tidak, mungkin riwayatnya sudah tamat dan tubuhnya sudah ternoda.

Hannah, aku mohon cepatlah datang...

Satu-satunya harapan adalah Hannah teman baiknya itu.

"Kalau begitu, ayo kita ke tempat tidur." Pria itu memeluk Monika sambil mengendus lehernya, berusaha membawanya ke ranjang.

Monika sedikit melawan tetapi karena dirinya masih setengah mabuk, tenaganya tidak banyak.

"Lepaskan aku!" Kata Monika sambil memberontak.

"Hahaha Monika kau ini lucu sekali. Bukankah kau yang mengundangku kemari?" Pria itu semakin memeluk Monika semakin erat dan mulai menjilati mangsanya itu. Kelembutan dan aroma wanita muda di pelukannya ini membuat dirinya semakin terangsang.

Perempuan muda memang menawan dan terlihat masih polos, pria ini suka dengan sifat memberontak yang dimiliki perempuan muda ini.

"Malam ini, tubuhmu adalah milikku." Pria itu lalu melempar Monika ke ranjang sambil melepaskan pakaiannya.

Monika yang hanya memakai atasan itu berusaha melepaskan diri. Namun semua usahanya sia-sia, pria itu menahan kedua tangannya dan sudah menyelam di tubuh Monika yang masih belum matang ini. Tangannya meraba-raba dadanya sambil berusaha melepaskan semua pakaian Monika hingga telanjang.

"Tidak! Aku… tidak mau!" Monika hanya bisa berkata tidak sambil menangis, dia sama sekali tidak bisa melawan.

"Mon, tidak usah khawatir. Aku akan mengajarkanmu arti dari kebahagiaan." Mata pria ini semakin membara. Monika sungguh cantik dan menawan, dia harus mencicipi tubuh ini!

Monika merasa dirinya telah tamat. Pakaian yang tersisa hanyalah beha dan celana dalamnya saja.

Pria itu kemudian menatap dan mengagumi tubuh Monika terlebih dahulu lalu menghirup leher putihnya itu.

"Tidak ada yang bisa mengalahkan bau perempuan muda!" Pria itu benar-benar puas.

"Sekarang kita lihat bagaimana pemandangan indah yang ada di balik beha itu." Kemudian tanpa menunggu lama, dia berusaha melepaskan pengait beha milik Monika.

"Tidak! Kau bau!" Monika berusaha melawan.

Pria itu terkejut ketika mendengarnya, kemudian dia tertawa. "Hahaha kalau begitu aku akan mandi dulu. Mon, tunggulah di sini dan menjadi anak yang baik."

Kemudian pria itu memasuki kamar mandi dan mandi sambil bersiul. Dia sudah lama tidak mencicipi tubuh seorang gadis muda jadi dia harus memastikan semuanya berjalan dengan sempurna.

Bagaimana mungkin orang mencicipi buah terbaik dengan kondisi terburuknya? Jika dia ingin melakukannya, dia harus berada dalam kondisi terbaiknya!

Melihat pria itu pergi, Monika berusaha memakai bajunya dan berlari menuju pintu.

Meskipun pemandangannya sedikit kabur dan kakinya gemetar tanpa henti, setidaknya dia bisa berjalan sambil bersandar di tembok.

Ketika dia berhasil keluar, Monika segera mencari jalan keluar ataupun seseorang.

Namun, pria tersebut mandi dengan cepat. Hanya butuh semenit untuk dirinya selesai.

"Beruang kecilku aku datang!"

Meskipun wajahnya masih berminyak, pria ini sudah merasa segar dan tersenyum lebar. Ketika dia siap mencicipi hidangannya, dia terkejut ketika melihat Monika tidak ada di kamar.

Sialan, ke mana perempuan itu pergi?!

Pria itu segera berlari keluar kamar dan mengetahui bahwa Monika baru saja berbelok ke kiri.

Monika segera tersusul dan tertangkap.

"Mau lari ke mana kau?" Pria itu segera menjambak dan menyeret Monika kembali ke kamarnya.

"Ah! Sakit, hentikan!" Monika kesakitan ketika rambutnya dan badannya diseret oleh pria itu.

Untuk menghindari yang tidak-tidak, Monika segera dia gendong.

"Lepaskan aku!" Monika mulai menangis.

"Lepaskan kamu?" Pria itu hanya tertawa. "Kau tidak akan lepas dariku, malam ini kau ada untuk melayaniku."

"Jadilah wanitaku dan aku tidak akan menyebarkan foto bugilmu di sekolahmu nanti." Kata pria itu dengan nada dingin.

Monika benar-benar tidak berdaya. Bagaimana bisa ada orang tidak tahu diri seperti ini?

Ketika sampai di kamar, Monika langsung dilempar ke kasur dan pria itu langsung membuka jubah mandinya. Dia hanya memakai celana dalam saja dan segera memeluk Monika.

"Tolong… Lepaskan aku…" Monika menangis kembali, dia tidak mau hidupnya berakhir hari ini.

Pria tersebut hanya menatap Monika dan menamparnya, dia lalu tersenyum. "Sudah cukup menangisnya, kau ingin kubuat pingsan?"

Pria tersebut kemudian menanggalkan baju Monika, tetapi karena Monika terus memberontak akhirnya dia merobek baju tersebut.

Setelah terobek dengan sempurna, sepasang gunung menyambut dirinya. Dia mengangguk puas dan menghirup di lembah gunung itu.

"Hmmm harum sekali." Pria itu kemudian meraba-raba dadanya Monika sambil mengulurkan tangannya ke bawah.

"Tidak… Aku tidak mau…" Monika kembali menangis, dia berharap tadi menuruti kata orang tuanya dan tinggal di rumah.

Pria itu tidak peduli dan kembali memainkan bagian atas dan bawah Monika. Dia merasa tubuhnya sudah tidak kuat lagi dan mulai menurunkan celana dalamnya.

Pria itu menatap Monika dan melihat wajahnya yang penuh air mata.

"Tolong lepaskan aku." Monika berusaha melawan dan pria itu kembali menamparnya.

"Diam atau akan kurekam kamu! Aku akan pastikan video itu tersebar dan aku sendiri akan mengirimkannya ke orang tuamu agar mereka bisa melihat dirimu yang menyedihkan ini!"

Hal ini membuat Monika ketakutan dan terdiam, dia masih menangis kecil.

Melihat Monika yang sudah pasrah dan terdiam, dia kemudian ingin melepas celana dalam milik Monika dan memulai permainan sesungguhnya.

Namun, tiba-tiba pintu kamarnya digedor.

"Siapa?" Pikirnya.

Pria itu mengerutkan dahinya dan memakai jubahnya. Siapa yang berani mengganggunya menikmati makan malamnya ini? Dia lalu menghampiri pintu.

Pintunya terus digedor tanpa henti, hal ini membuat dirinya semakin marah. Dia tidak sabar memaki siapapun yang ada di balik pintu tersebut.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like